Saturday 27 August 2011

Cinta Rossa



Mengarungi hidup dengan orang yang kamu cintai akan terasa indah, jangan takut untuk mengikatkan dirimu dalam satu hubungan jika kamu yakin dialah cinta sejatimu. Sesungguhnya kebebasan yang kamu miliki tak akan pernah hilang karena setiap orang akan melakukan apa saja untuk membuat orang yang mereka cintai bahagia bersamanya.

Rossa menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dia ingin melupakan sejenak pembicaraan dengan mamanya tadi siang. Padahal aku sungguh ingin mama hadir dalam pembukaan toko ku,” Rossa mengeluh sendiri. Tapi karena laki-laki itu yang sekarang menjadi suaminya semuanya hancur berantakan. "Ross, mama ingin hadir minggu depan di tokomu, tetapi Luc telah mempersiapkan semuanya. Kami akan berlibur ke Spanyol sabtu ini. Kamu mengerti kan sayang," begitulah mamaku. Dia tak kan pernah mengerti aku. Mamaku sendiri, tak pernah ada waktu untukku. Setelah papa tiada dan mama menikah lagi, kami memang hidup terpisah. Aku lebih suka tinggal sendiri di apartemenku. Setelah sekian lama aku bekerja dan sekarang telah memiliki sebuah apartemen kecil. Sebentar lagi toko bakery ku pun akan segera dibuka. AKu menghela napas panjang dan membuang semua kemarahanku pada mama. Baiklah aku sendiri dan akan ku buktikan aku akan berhasil dengan toko bakery ini. "Happy Bakery" begitulah nama toko ku yang akan segera dibuka minggu depan walaupun tanpa kehadiran orang yang paling ku sayangi. Beberapa jam saja mama tidak bisa meluangkan waktunya untuk aku, satu2nya putri dia. Aku memang suka bereksperimen dengan tepung2, mentega, keju dan sejenisnya untuk menghilangkan rasa sepiku tanpa mama. Setelah bekerja di toko roti Ny.Smith yang baik hati akhirnya kini aku bisa memiliki toko ku sendiri. Walaupun ruko yang akan kutempati masih sewa tetapi aku bahagia atas semua kerja keras ku. Di usia ku yang akan memasuki 30 kini aku harus berjuang dengan usahaku sendiri.

Bunyi telepon meembuatku tersadar dalam semua lamunanku. Terdengar suara Peter di seberang sana. "Ross, apa yang bisa kubantu minggu depan untuk tokomu? Apa semua sudah disiapkan?," tanya Peter kepadaku. Dia lah satu-satunya orang yang selalu mengkhawatirkan aku. "Semua sesuai rencana Pitt, semua sudah aku siapkan. Hanya tinggal beberapa dekorasi ruangan, tapi tidak usah dikhawatirkan. Semua akan selesai tepat waktu," jawabku. Aku senang memanggil namanya dengan Pitt, walaupun Peter kadang akan marah sekali. Kedengarannya lucu namanya, aku suka namanya berubah lebih pendek. Beberapa hari terlewati dengan kesibukan di toko ku. Kami mempersiapkan semuanya. Aku selalu ingin semua tampil sempurna. Toko, roti-roti yang kubuat, dan semua dekorasi harus sempurna. Aku merasa Peter suka padaku dan selalu ada disaat aku membutuhkannya. Kami berteman sudah hampir 6 tahun. Beberapa kali dia ingin menyampaikan cintanya, tetapi sebelum semuanya terjadi aku selalu bilang padanya "aku tak ingin hidupku terikat oleh apa pun". Mungkin perkataan inilah yang membuat Pitt tidak berani mengutarakan niatnya. "Tetapi sudah 6 tahun apakah dia masih menunggu cintaku?" pikirku dalam hati. Aku memang terlalu takut untuk mengikatkan diriku pada siapa pun. Untuk saat ini aku merasa hidupku cukup bahagia. Aku bisa melakukan apa pun, pergi ke mana pun dan menghabiskan uangku tanpa harus memberikan laporan kepada siapa pun. Ya...aku mandiri, semuanya harus bisa kulakukan sendiri. Aku tidak ingin seperti mama yang selalu bergantung pada laki-laki itu. Tidak punya kebebasan. Mengingat mama dengan laki-laki itu membuatku marah.

Bayangan pernikahan membuatku ketakutan sendiri. Walaupun di usiaku yang sudah tidak muda lagi. Semua teman-temanku bahkan telah memiliki anak yang lucu-lucu. Dan aku pasti ditodong pertanyaan yang sama saat bertemu mereka, “kapan menikah Ross?”. Lagi-lagi lamunanku terhenti ketika dikejutkan oleh suara Peter. "Sudah malam Ross, ngapain masih di toko?" suara Pitt membangunkanku dari semua mimpiku. "Aku masih ingin mengecek semua yang ada disini Pitt, kamu tahu kan besok jam 10 acaranya," kataku dengan sedikit gugup. "Baiklah, tapi ini sudah jam 8 malam Ross, apa kamu sudah makan malam," akhirnya Pitt mengingatkanku betapa waktu berjalan dengan begitu cepat. "Tadi siang sudah, ya kamu tahu aku sibuk sampai sekarang mana sempat," aku mencoba membela diri. Aku tahu Peter begitu mencemaskanku. Dia juga sibuk sebagai akuntan di sebuah perusahaan besar, tetapi masih sempat untuk menanyakanku tiap hari bahkan tak segan-segan menjemputku pulang. "Ini ada sedikit makanan, tadi ku beli waktu mau ke toko mu. Masakan jepang, ada restoran yang baru buka. Tadi mau kuajak kamu kesana, kupikir kamu pasti sibuk karena ku telpon 3 kali tetapi tidak dijawab," kata Peter sambil menyerahkan bungkusan makanan yang dia bawa. Segera ku ambil hp di laci. Astaga Peter menelpon ku berkali-kali tapi ku tak mendengarnya. "Maafkan aku Pitt, aku sedikit tegang untuk acara besok," kata ku berusaha meminta maaf kepada Pitt yang baik hati. Hati dan pikiranku masih sedih rasanya memikirkan mamaku yang menolak datang.


Bagiku besok adalah hari yang paling penting dalam hidupku. Walaupun toko yang akan dibuka kecil tapi itu semua kerja kerasku selama 10 tahun. Aku hanya ingin dia disini menemani dan memberiku semangat. Sampai hari ini pun mama tidak menelpon ku memberikan kabarnya atau menanyakanku. "Kamu menangis Ross, ada apa? Jangan selalu kamu simpan sendiri. Kamu bisa berbagi denganku," begitulah Pitt yang selalu mencemaskanku. Ternyata tak mampu kutahan air mata ini. Sekuatnya diriku tetap saja saya lemah. Tanpa berbicara ku sandarkan diriku pada Peter. Ku menangis di pelukannya untuk beberapa saat. "Maafkan aku Pitt, ku membasahi bajumu," cepat2 ku menyeka air mata ku yang tersisa. "Aku terlalu emosional, kamu pasti menganggapku seperti anak kecil," kataku sambil terisak. "Apa karena mamamu besok tidak akan datang? Jangan terlalu dipikirkan Ross, kami disini selalu ada untukmu. Karyawan2 mu, aku, dan sahabatmu," Peter mencoba menghiburku. "Suatu saat mamamu pasti akan bangga memiliki anak sepertimu," Peter terus memberiku semangat. Malam itu terasa berat untuk melewatinya. Besok hariku telah dimulai dengan toko bakery itu. Semua angan, cita2 dan impian yang telah lama kunantikan. Seperti memulai babak baru dalam hidupku.

Pagi2 sekali aku telah bangun dan segera siap2 untuk ke toko. Walaupun masih terlalu pagi tapi aku ingin memastikan semua sudah tertata rapi. Seperti biasa melewati lorong2 jalan untuk sampai ke toko ku. Tidak terlalu jauh, memang sengaja ku memilh apartemen disana. Aku hanya perlu berjalan 20 menit untuk sampai di toko. Tak lupa ku membeli sarapan. Sampai siang mungkin aku akan sibuk melayani customer yang datang. Sampai di toko aku dikejutkan sama Pitt. Dia ternyata sudah datang lebih awal dariku. Hmmm.... Ada beberapa pot tanaman di sampingnya. "Apa ini Pitt?" Kata ku pada Pitt dengan heran. "Kupikir ruangan di tokomu perlu suasana yang hijau dan segar, makanya kubeli ini semua" jawab Peter dengan muka cemas. Mungkin Peter takut kalau aku marah. Dengan cepat dia bilang. “kalau kamu tidak suka bisa ku kembalikan ke toko bunga lagi”. Disaat itu hatiku merasa terenyuh, betapa baiknya Peter. Sampai hal sedetail di toko ku pun dia mengetahuinya. “Jangan Pitt, biarkan semua itu didalam & beberapa diluar. Benar katamu aku memerlukan semua itu biar nampak lebih segar,” kata ku cepat2 kepada Pitt.


Bisa dibayangkan hari itu, penuh kesibukan yang luar biasa. Tamu-tamu yang telah kuundang semua berdatangan untuk mencicipi semua roti-roti yang telah kupersiapkan. Dari rona mereka nampaknya mereka suka dengan apa yang kami sajikan. Sampai sore kami pun sibuk melayani para pembeli. Nampaknya hari ini adalah hari penuh kerja keras. Jam telah menunjukkan jam 8 malam. Kami siap-siap untuk membereskan semuanya, roti-roti di etalase juga telah habis terjual. Bersyukur atas semuanya ini, semuanya berjalan sesuai rencana. Tinggal meneruskan hari esok lagi. Kututup semua pintu toko, bergegas untuk pulang dan beristirahat. Tak kusadari Peter sejak tadi berdiri di luar toko menungguku. “Hmmm….kamu disini Pitt,” ujarku. Ku bertanya pada Peter sambil mengunci pintu besi toko. “Tentu saja Ross, kamu saja yang tidak menyadari kehadiranku sejak tadi,” Peter menjawabku. Malam itu hujan cukup deras & terasa dingin. Kami berdua menggunakan taxi yang Peter panggil sejak tadi. Walaupun apartemenku dekat tapi Peter selalu begitu kalau hujan turun. Dia pasti mengantarku dengan taxi langganannya. Apartemen Peter beberapa blok dari tempatku. Itulah yang selalu dia jadikan alasan untuk memaksaku.


Malam itu aku mempersilahkan Peter untuk mampir ke apartemenku menikmati secangkir kopi hangat. Waktu di taxi dia bilang ingin berbicara sebentar denganku. Aku mempersilahkan dia masuk dan duduk di ruang tamu. Kuberikan dia handuk kecil untuk melap rambutnya yang basah terkena hujan tadi. Segera aku bergegas ke dapur menyiapkan 2 cangkir kopi untuk kami berdua. Suasana terasa hening dan sunyi. “Baiklah Pitt, apa yang ingin kamu katakan,” tanyaku pada Peter sambil memberikan secangkir kopi hangat. “Ross, kita telah berteman cukup lama. Selama 6 tahun kita selalu bersama. Tapi aku tahu kamu….” Peter terdiam sesaat menatapku. “Well…aku siap mendengarkan Pitt,” kataku. “Ya…aku tahu kamu tidak ingin terikat oleh siapa pun, aku sudah cukup menunggu lama. Aku ingin kamu tahu perasaaanku. Aku ingin kita selalu bersama. Aku sayang padamu Ross…I Love you Ross..” akhirnya Peter mengungkapkan semua isi hatinya. Aku terdiam dalam situasi seperti ini. Sungguh sulit menjawab semuanya ini. Apa aku terlalu takut untuk mengikatkan diri pada seseorang. “Kamu tidak usah menjawab semuanya itu sekarang Ross, mungkin kamu dan aku perlu waktu. Aku Cuma bilang aku ingin kita bersama bukan hanya sebagai teman. Aku ingin menemani hari-hari mu Ross…Bulan depan aku akan dipindahkan ke Australia. Kamu tahu aku akan bilang tidak ke perusahaanku jika kamu memintaku untuk tinggal bersamamu,” Peter mengatakan semuanya penuh harapan.


“Aku hanya terdiam dan tidak bisa bicara apa pun. Dalam benakku berjuta pikiran yang berkecamuk. Aku tidak tahu apa yang harus kujawab. Seseorang yang begitu mengharapkan diriku sekarang berada di hadapanku, apa aku harus mengecewakannya? Ditugaskan ke Negara lain? Apa aku sanggup berpisah dengan Peter. Dia selalu ada disaat aku membutuhkannya. Dia yang selalu mendengar semua keluh-kesah ku. Apa aku sanggup melepasnya pergi jauh? Oh…tidak hanya Tuhan yang tahu betapa aku juga sangat ingin bersamanya”.
Peter tahu aku membutuhkan beberapa waktu untuk berpikir tentang apa yang telah dia sampaikan. Dia menghabiskan kopi yang kubuat dan segera berpamitan untuk pulang. Tinggal aku sendiri dalam kebingungan. Malam semakin larut tetapi aku tidak dapat memejamkan mata ini. Terasa berat, pikiranku melayang jauh. Lagi-lagi semuanya tentang perkataan Peter beberapa jam yang lalu. Apa aku telah jatuh cinta pada Peter? Pernyataannya tadi membuatku resah. Aku ingin bersamanya, tetapi diriku terlalu takut untuk berada dalam satu hubungan yang terikat. Apa aku tidak akan sebebas sekarang? Apa aku akan dibatasi semua kegiatannya? Apa aku harus memberikan laporan dimana aku & semua yang kulakukan? Rasanya aku belum siap dengan semuanya itu. Semuanya terasa gila, aku tidak dapat memikirkan semuanya itu seandainya itu terjadi padaku. Hidupku pasti akan menjadi kaku dan itu yang tidak pernah ku inginkan. Aku butuh kebebasan, aku tidak sanggup untuk terikat dengan siapa pun juga. Ternyata memiliki pasangan hidup membuatku berpikir beribu kali. Tapi…aku tidak bisa jauh darinya.


Hari berlalu dan berganti, kesibukan di toko membuatku sejenak melupakan pernyataan Peter. Walaupun Peter masih bersikap seperti biasa, tetapi aku tahu dia sangat mengharapkanku menerima dirinya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Aku selalu menghindari untuk bertemu & berbicara dengan Peter. Walaupun aku merindukan hari-hari bersamanya tetapi aku tidak ingin memberikan dia harapan. Aku harus bisa tanpa kehadiran dia. Namun aku tak mampu menahan rasa rindu ini. Beberapa hari ini Peter tidak lagi menghubungi ku lagi. Aku tidak melihatnya menungguku waktu toko ditutup. “Apa aku harus menelponnya dan menanyakan kabarnya”, keluh ku dalam hati. “Sebaiknya semua berjalan seperti sekarang, nanti dia juga akan melupakan ku pelan2”, aku tak bisa menahan gejolak hati ini. Kulihat kalender di mejaku, besok Peter akan berangkat ke Australia. Ternyata hari berlalu dengan cepat. “Haruskah malam ini ku menelpon dia sekedar mengucapkan salam perpisahan”, tanyaku dalam hati. Aku tidak ingin melukai hatinya yang begitu baik, bahkan mengucapkan salam perpisahan saja ku tak sanggup.

Aku menutup pintu toko dan ku langkahkan kaki berjalan melewati lorong-lorong gelap sendiri. Ku merasa ada sesuatu yang kurang, ya..tanpa kehadiran Peter. Dia yang selalu menemaniku pulang setiap hari. Pasti ada cerita lucu yang dibuat untuk menghiburku dalam gelapnya malam. Dia selalu mendengarkan semua keluh kesah ku seharian. Semua kepenatan seharian hilang mendengar candaannya. Aku merindukan dirinya, anganku melayang jauh. “Apakah ini namanya jatuh cinta”, aku bertanya dalam hati. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, membuat hati ini selalu gundah. Akhirnya ku sampai di apartemenku, berjalan dengan hati yang tidak menentu karena memikirkan Peter. “Ross”, terdengar suara memanggilku. Aku terkejut dan kulihat ke belakang. “Peter…kamu?” hamper tidak percaya dia datang menemuiku. Kami berdiri terdiam beberapa saat & akhirnya ku memutuskan untuk mengajaknya masuk ke dalam apartemenku untuk menawarkan secangkir kopi atau coklat hangat.


Peter duduk di ruang tamu dan aku menuju dapur untuk membuatkannya secangkir coklat hangat. Tidak tahu harus berbicara apa, rasanya sungguh berat. Melepas seseorang yang telah bersama-sama denganmu selama 6 tahun bukan hal yang mudah. Mungkin ini malam yang berat bagiku dan Peter. Pikiranku masih melayang jauh, memikirkan semuanya. Hari-hari yang akan aku lewati sendiri tanpa Peter. Rasanya ingin ku memeluk dirinya dan mengatakan semua yang kurasakan. Tetapi mengapa bibir ini terasa terkunci & berat? Tiba-tiba kedua tangan kekar itu memelukku dari belakang. Nafasku terasa berhenti waktu itu, jantungku berdetak kencang. Baru kali ini aku merasa begitu dekat dengannya. Sungguh aku tidak bisa melepasnya pergi jauh. Beberapa saat dia memelukku dan akhirnya melepaskanku. “Maaf Ross”, Peter cepat-cepat melepaskan pelukannya. Kami sama-sama terdiam untuk kesekian kali. Sebenarnya aku ingin segera mengatakan kepada Peter apa yang kurasakan dalam hati ini. Aku tak sanggup untuk berpisah jauh darinya. Ternyata aku juga mencintainya, walaupun selalu aku ingkari sendiri. Aku tidak mampu berbohong pada diriku sendiri. Mungkin ini kesempatan bagi kami yang tak akan pernah terulang lagi. Sebulan ini dalam pikiranku selalu dia, aku benar-benar ingin dia menemaniku dalam setiap langkah hidupku.



Aku mendekati Peter, semua keberanian ku keluarkan dalam diriku. “Aku sayang padamu Pitt, Aku ingin kamu tinggal menemani hari-hariku”, ku rangkul & kubisikkan padanya kata-kata yang ingin kuucapkan beberapa tahun yang lalu. Sungguh terasa ringan sekarang, semua rasa yang kusimpan telah terucapkan. Kami berpelukan beberapa saat, ini adalah moment terindah untuk kami. “Saya akan tinggal hanya untukmu Ross, aku benar-benar mencintaimu. Mau kan kamu menjadi teman hidupku Ross”, pinta Peter padaku. “Ya Pitt…aku mau”, jawaban tegas yang keluar dari mulutku. Tidak ada keraguan dan kekhawatiran sedikit pun. Aku yakin akan pilihan hidupku dan akan kujalani penuh sukacita bersama orang yang kucintai. Malam itu terasa indah, kini aku tidak sendiri lagi. Ada Peter yang akan selalu menemani setiap langkahku. Sungguh aku beruntung di usia 30 ini, terasa lengkap semua. Selalu berharap masa depan yang kupilih ini akan membawaku menuju kebahagiaan bersama orang yang kucintai. Mungkin cinta sejati yang kita cari ada di depan kita walaupun kita tidak pernah tahu dan selalu menolaknya.

Terkadang cinta sejati adalah teman yang selalu menemani kita dalam suka dan duka & terkadang kita takut untuk menerimanya.


Tempat terbaik di dunia ini adalah bersamamu disampingku.


Cinta tidak perlu diungkapkan dalam kata-kata, tetapi cinta harus dirasakan & bisa membuatmu nyaman dalam kebersamaan.

8 comments:

  1. Setuju sekali Mba. Cinta hanya dapat dirasakan dan mebuat nyaman disaat kita selalu bersama.

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah's Blog

    ReplyDelete
  2. huhuuu... romantis banget ceritanya...

    mba, template blognya baru ya? manis banget... bagus.

    ReplyDelete
  3. @R.Indra Kusuma Sejati : Yup :P. Thanks kunjungannya :)

    @Mila : He8...templatenya baru diganti biar semangat ngeblog.

    ReplyDelete
  4. Woww keren ... ceritanya penuh aroma cinta. nice :P

    ReplyDelete
  5. Hmm ... bicara cinta sejati tidak akan habis2nya, namun alur ceritanya aroma cinta sejati!

    ReplyDelete
  6. met berlibur..gimana liburannya?

    ReplyDelete
  7. yay, wah saya Rossa, yay kebersamaan menimbulkan cinta ya..#pikir2 hohoho, tmplate barunya bagus mbaa..

    ReplyDelete