Friday, 16 September 2011

Mengemis di kota, hidup enak di kampung...

Sungguh ironis....

Sudah seminggu yang lalu baca artikel yang dimuat di salah satu web berita, sungguh tidak dapat dipercaya. Bagaimana tidak, mereka semua berdatangan dari kampung untuk mengadu nasib di kota besar dengan menjadi pengemis. Sungguh ironis bukan? Siapa yang mesti disalahkan? Mungkin kurangnya pendidikan yang mereka dapat serta lapangan pekerjaan yang tersedia sedikit, membuat mereka tidak ada pilihan lain. Memang benar pepatah yang mengatakan "Jangan coba2 kamu menginjakkan kaki ke kota jika tidak dibekali kemampuan".Kenyataan ini memang ada di kota2 besar. Keadaan ini dimanfaatkan sebagian orang sebagai pekerjaan. Dan ternyata uang yang dihasilkan mereka dalam mengemis sehari saja bisa mencapai ratusan ribu. Hebat bukan? Karena tergiur dengan besarnya uang yang diperoleh maka setiap tahun pasti bertambah orang2 tersebut. Mereka memilih menjadi pengemis di kota dan hidup enak di kampung. Bahkan dari mereka bisa membeli tanah dan rumah. Apakah ini harus kita acungi jempol atau sebaliknya?

Yang sungguh disayangkan mereka memanfaatkan anak2 kecil, orang2 cacat atau para lansia. Mungkin dengan demikian masyarakat akan merasa iba & memberi lebih banyak lagi dibandingkan orang sehat yang mengemis tentunya. Walaupun di kota2 besar pengemis dilarang berkeliaran di jalan2 untuk meminta-minta, tetap saja mereka tidak perduli. Saya jadi berpikir dua kali jika ingin memberikan sedekah kepada para pengemis. Kadang di pasar ada beberapa pengemis yang meminta-minta dengan kondisi kaki/tangan yang cacat. Kalau saya ketemu pasti memberi sedikit kepada mereka. Memang sebagian besar para lansia dan anak kecil. Tetapi setelah membaca kisah tadi, saya merasa apakah harus memberikan mereka sedekah? Walaupun yang kuberi tidaklah banyak, tetapi jika kita memberi berarti membuat mereka malas bukan? Harusnya mereka mencari uang untuk kelangsungan hidup dengan memanfaatkan kemampuan yang ada bukannya mengemis.

Memang terkadang kita merasa kasihan kepada mereka. Mungkin uang seribu atau 2 ribu tidak berarti bagi kita tetapi bagi mereka sungguh berarti. Hidup memang harus saling membantu dan memberi. Tetapi jangan sampai kita meminta-minta jika kita mempunyai kemampuan untuk bekerja. Karena ku yakin kita diberi kemampuan yang berbeda setiap orang, tergantung bagaimana kita mengembangkan kemampuan & talenta itu. Hidup selalu ada jalan, bukan harus tergantung belas kasihan orang lain. Hanya berharap mereka yang melakukan ini sebagai sumber hidup bisa sadar & mencari pekerjaan lain yang lebih baik.


Indahnya berbagi

9 comments:

  1. Astahfirullahal'adzim..
    bgitu yah, dhe malah blum pernah tw crita spt itu. dhe malah sring dengar anak2 atw pengemis yang diblakangi oleh org2 yang nyuruh gt. jd ada sindikatnya.

    sungguh ironis yah ne bangsa.
    Ntahlah.. smoga qt dan anak2 qt tak menjadi bagian dr mereka, dan pemerintah memperhatikan hal ini. :D

    ReplyDelete
  2. ya..kenyataan emang pahit untuk diceritakan..kita harus banyak bersyukur

    ReplyDelete
  3. hidup mengajarkan segalanya....
    kenyataan emang pahit....
    namun kita harus selalu bersyukur...
    :)

    ReplyDelete
  4. makanya ga mau lagi kasih uang ke mal

    ReplyDelete
  5. miris ya.. tapi itulah hidup. hello, btw :)

    ReplyDelete
  6. Kenapa bisa terjadi seperti itu..?apakah itu salah pemerintah atau malas kerja di kampung dan terbang ke kota mencari yang lebih gede dan akhirnya menderita...?.

    ReplyDelete
  7. aku gak tega kalau pengemisnya orang yg tua bgt gtu tp klo pengemisnya masih seger aku gak kasih kan dia masih kuat kerja

    ReplyDelete
  8. Iya, suka miris banget ngeliat yang kayak gini >.< Kadang2 saya ngasih sih, ya walau seceng doang. Tapi mudah2an aja bermanfaat buat mereka :)

    ReplyDelete
  9. miris tapi kenyataannya memang begitu
    malah ada temen yang cerita kalo di daerah pantura ada yang disebut desa pengemis
    sebagian besar warganya memang jadi pengemis ke daerah lain
    tapi jangan salah kalo disitu rumahnya bagus bagus

    ReplyDelete