Part 2
Akhirnya Rima membaca surat elektronik dari email Mario. Berikut tulisan suratnya :
Akhirnya Rima membaca surat elektronik dari email Mario. Berikut tulisan suratnya :
Dear Meisya,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi relung hatiku. Aku tidak pernah merasa jatuh cinta seperti ini bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya karena dia ibu dari anak2ku. Ketika aku menikahinya aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu. Tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpaimu. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik yang terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa. Tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa sampai aku menikahinya.
Aku tidak tahu bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti cinta kepadamu tumbuh secara alami. Aku tidak pernah bisa memilikimu karena kamu sudah menjadi milik orang lain. Aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia & tertawa. Dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku & tubuhku tapi tidak jiwa & cintaku yang hanya akan kuberikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap engkau mengerti "you are the only one in my heart".
yours,
Mario
Mataku terasa panas & hatiku marah. Jelita anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat kecilku yang sangat mengerti & menyayangi aku. Suamiku ternyata tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain. Aku mengumpulkan semua kekuatanku untuk menghadapi semua ini. Sejak itu aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop & aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah kuberikan padanya.
Aku mengembalikan mobil yang diberikannya padaku. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar & menjemput anak2ku. Mario merasa heran karena aku tidak pernah lagi bermanja & minta dibelikan bermacam2 merk tas & baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena malu terlalu lama pacaran sedangkan teman2ku sudah menikah semuanya. Ternyata dia memang tidak pernah menerima aku menjadi istrinya.
Betap tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan cinta & kasih sayang suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakannya saja, bahwa dia tidak mencintai aku & tidak meninginkan aku ? Mario terus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
Setahun kemudian....
Meisya membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih basah merah & dipenuhi bunga.
" Mario suamiku,
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku bekerja di kantormu akan membawa ku pada cinta sejati. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu & begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah2 ketika kamu asyik bekerja & tidak memperdulikanku. Aku merasa diatas angin ketika kamu hanya diam & menuruti semua keinginanku. Aku pikir aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu & kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.
Ternyata aku keliru...aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya dia menyukaimu. Aku melihat matamu begitu terluka ketika kamu berkata "kenapa Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? Dia sudah menikah & aku sudah memilihmu menjadi istriku." Aku tidak perduli & berlari dari hadapanmu dengan sombongnya. Sekarang aku menyesal memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita sempurna yang kamu inginkan.
Istrimu,
Rima
Di surat yang lain,
".......Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat tetapi aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku seperti setiap kali kamu memandang Meisya....."
Di surat yang kesekian,
"......Aku berjanji pada diriku sendiri akan membuatmu jatuh cinta kepadaku. Aku telah berubah, aku tidak marah2 lagi padamu. Aku tidak lagi membanting barang & berteriak jika emosi. Aku belajar masak & selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros & selalu menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu untuk menanyakan apakah kekasih hatiku sudah makan siang hari ini. Aku merawatmu jika engkau sakit. Aku ingin selalu ada untukmu.....Meskipun belum terbit juga sinar cintamu untukku, aku akan berusaha tetap menantinya.......
Meisya menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya. Di peluknya Jelita yang berada di sampingnya dengan tersedu-sedu.
Di surat yang terakhir pagi ini,
"......Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku memaksamu pulang karena hari ini aku masak yang paling enak untukmu. Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati sampai kehujanan basah kuyup karena hujan deras saat pulang. Saat aku tiba dirumah kemarin malama, aku melihat sinar kekhawatiran di matamu. Engkau memelukku & menyuruhku segera ganti baju agar tidak sakit. Tahu kah engkau suamiku, selama hampir 15 tahun aku mengenalmu. Enam tahun kita pacaran & hampir 9 tahun kita menikah baru kali ini aku melihat kamu begitu khawatir. Inikah tanda cinta untukku yang mulai bersemi di hatimu?"
Jelita menatap Meisya dan bercerita. "Siang itu mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan wajahnya. Dia terus melambaikan tangannya, aku tidak pernah melihat wajah yang begitu bersinar dari mama siang itu. Dia kelihatan begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya disebrang jalan. Ketika mama menyebrang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi....aku tidak sanggup melihatnya ditabrak. Tante...aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak...." Jelita memeluk Meisya & menangis terisak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi sia sangat kuat & tabah.
Meisya mengeluarkan selembar kertas yang di print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kepadanya kemarin malam. Tadinya Meisya ingin Rima membacanya.
Dear Meisya,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berubah. Dia tidak lagi marah2 & berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi dia pulang dengan tubuh basah kuyup jarena kehujanan, aku sangat khawatir & memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar....Inikah tanda2 aku mulai mencintainya? Aku terus mencintainya seperti engkau sarankan. Dan besok aku akan memberikannya sebuah kejutan. Aku membeli sebuah mobil mungil untuknya supaya dia tidak lagi naik motor. Bukan karena dia ibu anak2ku tapi karena dia belahan jiwaku....
Meisya menatap Mario yang tampak sangat terpukul, Mario masih duduk disamping nisan Rima. Di wajahnya tampak duka yang dalam. "Semuanya sudah terjadi Mario, kadang kita baru menyadari mencintai seseorang ketika dia telah pergi meninggalkan kita. Kamu harus berusaha mengikhlaskannya".
Begitulah kisah yang sungguh sangat sedih yang dikirim salah satu teman lewat bbm.
suratnya bikin termehek2 nih
ReplyDelete