Saturday 21 May 2011

Setelah...

Part 4

KETERPURUKAN

Cerita Sebelumnya :
Ayah meninggalkan kami dengan sejuta kesedihan & kemarahan. Keadaan yang tidak ku mengerti, mengapa beliau memilih jalan seperti itu. Ketakutan menghampiriku menjalani hari esok. Apakah aku sanggup dengan semua ini. 
Bisa dibaca di : http://xerezmalaga.blogspot.com/2011/05/setelah_20.html

Tiga bulan setelah pemakaman, suasana sedih tetap menyelimuti kami. Betapa tidak, ibu terkadang masih duduk di ruang tengah sambil menatapi foto ayah. Aku tahu kalau ibu sangat mencintai ayah, tak akan bisa membencinya walaupun cara yang begitu pahit telah dipilihnya. Aku ? Setiap hari sepulang sekolah hanya mengurung diri di rumah. Aku lebih nyaman untuk berdiam diri sendiri di dalam kamar. Tidak ada kegiatan selain itu, masih dengan kesedihan & kekecewaan. Luc? Adikku masih terlalu kecil untuk memahami semua itu. Dia cukup pintar katanya, "ayah sedang istirahat di surga & suatu saat dia akan pulang". Begitulah si kecil Luc, dia selalu mengatakan itu berulang-ulang di rumah. Hari2 terasa hampa, aku juga jarang bergaul lagi dengan teman2. Walaupun mereka sering ke rumah & mengajakku bersepeda seperti yang biasa kami lakukan. Aku selalu menolak mereka dengan berbagai alasan. Ku tak ingin mereka merasa kasihan padaku karena keadaanku. Dunia ini terasa begitu gelap.

Ibu masih sering pulang larut malam. Aku sungguh sangat mencemaskannya. Perasaan takut akan kehilangan ibu semakin besar. Seperti malam itu ibu jarum jam telah menunjukkan pukul 10 malam, tetapi ibu belum juga pulang. Membuatku sangat khawatir & mencoba menghubungi salah satu teman kerja ibu di kantor pos. "Hallo, maaf tante Sofie mengganggu malam2. Mau tanya apakah ibuku masih lembur di kantor?" ku menelepon salah satu teman ibu. "Tidak nak, ibumu sudah pulang dari jam 9 malam tadi. Kami naik bis bersama, mungkin sebentar lagi ibumu sampai" jawab tante Sofie. Aku selalu menunggu ibu pulang. Terkadang aku membuatkan makan malam untuknya, tapi ibu selalu bilang dia kenyang. Aku tahu ibu pasti belum makan, mungkin ibu terlalu capek dengan semua ini. Ku tahu ibu ingin menyembunyikan semua kesedihan di hadapan kami. Ibu selalu mengupas bawang dengan begitu dia bisa menangis. Aku tak ingin memberatkan ibu, ku bertekad untuk belajar sebaik2nya. Aku ingin membuatnya bangga. Sekarang aku hanya memiliki ibu & Luc. Melihat ibu telah pulang ke rumah hatiku pun menjadi tenang. Ku bukakan pintu & ku peluk dia. Aku sangat menyayangi dia & Luc.

Minggu pagi ini tak secerah hatiku. "Nak, kamu harus bangun sudah siang" begitulah ibu selalu berteriak membangunkanku. Mataku terasa berat, ku melangkahkan kaki turun dari tangga. "Ayo sarapan, nanti bantu ibu beres2 rumah" kata ibu sambil menuangkan segelas susu kepada kami. "Luc ikut juga ya bu", jawab Luc dengan cepat. "Iya, kamu & kakakmu" kata ibu. Tidak sepertinya ibu bersikap seperti itu. Aku hanya mengganggukkan kepala. "Kita tidak boleh seperti ini terus sayang", kata ibu menoleh kepadaku. Sepertinya ibu begitu serius. "Ibu ingin semua barang2 ayah dikasih ke paman Robert. Ibu hanya ingin menyimpan beberapa barang saja, kamu setuju kan?" katanya dengan serius.

"Kenangan ayahmu akan selalu di hati kita. Ibu tahu kepergian ayah begitu membuatmu terpukul" kata ibu sambil menatapku. "Kita harus bangkit dari semua keterpurukan ini nak, apa pun yang ayahmu lakukan ingatlah dia sangat mencintai kalian" kata ibu dengan mata berkaca-kaca. Saat itu air mataku jatuh membasahi kedua pipi ku. Aku memeluk ibu & Luc. Suasana menjadi haru, walaupun Luc tidak mengerti apa yang terjadi. Melihat ibu begitu tegar, memberikan semangat lagi untuk menjalani hari2 tanpa ayah. Aku harus bisa menjaga mereka ya...ibu & Luc. Aku tidak boleh terus dalam kesedihan. Luc masih perlu bimbingan, sekarang aku lah pemimpin dalam keluarga ini. Kami bertiga pasti sanggup melewati semua ini. "Aku sayang ibu & Luc", bisikku kepada mereka.


Lanjut ----- > part 5

3 comments: