Part 1
Kebahagiaan yang terusik
Kami tinggal di sebuah pinggiran kota New York. Walaupun dengan kehidupan yang sederhana kami sangat bahagia karena memiliki kedua orang tua yang begitu mencintai kami. Aku dan adikku Luc, ibuku hanya bekerja dirumah mengurus kami dan kebunnya. Ayah bekerja di salah satu pabrik pertambangan di kota kami. Mungkin aku merasa sangat bahagia dengan keluarga kami. Setiap akhir pekan ayah selalu mengajak aku & adikku Luc untuk menemaninya memancing di danau dekat rumah. Sesampai dirumah ibu telah menyiapkan makanan kesukaan kami. Ayah selalu mengajak kami liburan ke tempat2 yang belum pernah kami kunjungi jika liburan tiba. Sungguh aku sangat sayang dengan mereka.
Hari itu masih kuingat dengan baik, minggu pertama di bulan desember. Seharusnya menjadi bulan yang penuh bahagia bagi kami. Di setiap Natal ayah selalu memberikan kejutan & hadiah buat aku & Luc. Saat pulang sekolah di siang itu, aku langsung masuk ke dalam rumah untuk menghangatkan badan karena cuaca diluar cukup dingin. Di ruang tengah nampak ibu duduk di sofa dengan mata sembab. Dalam hatiku, pasti sesuatu telah terjadi. Aku memberanikan diri menghampirinya, "Bu, apakah ada sesuatu yang buruk terjadi? Mengapa ibu begitu sedih". Ibu tersentak sebentar dan cepat2 menghapus air matanya yang telah menetes di pipinya. "Baiklah kamu tahu anakku, ayahmu telah di phk dari pekerjaannya, katanya dengan mata berkaca-kaca". Sekujur tubuhku terasa dingin, tidak bisa berkata apa2. Dalam benakku apa yang akan terjadi nanti kalau ayah kehilangan pekerjaan yang telah dijalaninya selama 20 tahun terakhir. Ayah pasti sedih, mengapa harus ayah yang di phk karena krisis ini? Semua itu ada di dalam pikiranku.
Ibu masih duduk terdiam di ruang tengah begitu juga aku. Luc pasti masih di tempat bibi Annie. Luc setiap sore selalu bermain kesana karena bibi Annie sangat menyayanginya. Di dalam kebisuan kami, ayah nampak sedih menghampiri kami. Dia tahu kami juga sangat mengkhawatirkan keluarga ini. "Ayah pasti bisa lagi mencari pekerjaan lain", kataku memberikan semangat kepada ayah. "Kamu tidak akan mengerti anakku, selama 20 tahun ayah telah bekerja disana & sekarang semuanya berakhir", katanya dengan wajah penuh amarah & sedih. Malam itu merupakan malam yang paling kelabu bagi keluarga kami. Udara dingin diluar seakan mengalir di sekujur tubuhku. Si kecil Luc tidur disampingku, pikirku adikku tidak akan mengerti masalah yang sekarang kami hadapi. Luc masih terlalu kecil, dia baru berumur 6 tahun. Ku coba untuk memejamkan mata ini, berharap esok keadaan akan kembali baik seperti semula.
--------- > bersambung ke part 2
Saya tak sabar untuk membaca kelanjutan ceritanya..sy tunggu ya Sob :))
ReplyDeletewah, seperti membaca halaman pertama buku novel. semangat melanjutkan..
ReplyDeleteditunggu kelanjutannya mbak,.
ReplyDeletebagus bgt..lanjut...
ReplyDeletecerpennya singkat, tapi mampu membangun suasana. jadi nggak sabar nunggu kelanjutan part 2 nya.. ayoo segeraa.. ^_^
ReplyDeleteditunggu lanjutannya
ReplyDeletecerpen yg bagus....ditunggu lanjutannya lho...
ReplyDelete